Jumat, 02 Mei 2025

 RUNTUH

 

 " Mereka bilang, "Syukurilah saja"

" Padahal rela tak semudah kata "

 " Tak perlu khawatir, ku hanya terluka "

" Terbiasa 'tuk pura-pura tertawa "

" Namun, bolehkah s'kali saja ku menangis " 
" Sebelum kembali membohongi diri? "
 
 
Kalau boleh jujur, ini lirik lagu paling menyakitkan yang pernah aku nyanyikan di hidupku.
Pengkhianatan terbesar dalam hidupku dan kekecewaan terbesar di hidupku bukan ketika aku kehilangan Bintang, bukan ketika Ayahku meninggal. Tapi sekarang, pengkhianatan terbesar dalam hidupku justru dilakukan oleh orang yang kuanggap sebagai Ibu Kandungku selama 32 tahun hidupku. Orang yang kucintai lebih dari aku mencintai diriku sendiri, orang yang pernah sangat ku perjuangkan hingga aku mengorbankan impian di masa depan. Orang yang ku sayangi melebihi aku menyayangi diriku sendiri. Ternyata dia orang yang paling jahat di hidupku, dia dan keluarga besarnya ternyata yang paling jahat kepadaku selama ini.  Dia dan keluarganya adalah orang yang paling menghancurkan hidupku, merusak jiwa dan ragaku dengan membuat fisikku cacat, syaraf mata kanan ku dibuat putus, mata kananku dibuat minus sampai -20, pundak kanan ku dibuat patah, rahang gigiku atas dan bawah tidak simetris,  kaki kiriku pernah hampir dibuat patah hingga aku tidak bisa berjalan selama 21 hari dengan insiden kecelakaan yang ku alami semasa SMA. Merusak fisikku sehingga tinggiku dihambat dan tulangku membesar sehingga berat badanku jauh lebih berat dari orang normal, merusak tulang hidungku hingga patah. Merusak masa depanku dengan merusak mentalku hingga aku sakit mental dan dijebloskan rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Menur selama satu bulan di November 2022 ternyata orang yang kuanggap sebagai Ibu dan keluarga besarnya ini bersekongkol dengan orang-orang di lingkungan kerjaku untuk menghancurkan masa depanku dan membunuhku hanya karena aku menolak terinfeksi virus HIV AIDS seperti mereka. Ibuku dan keluarga besarnya pernah hampir membunuhku berkali-kali, rumahku dirusak , baru satu tahun rumahku dibangun, lantai kamar mandi sudah dibuat ambrol, dinding dibuat mengelupas catnya, bangunan rumah ku dibuat rapuh padahal aku susah payah menabung untuk bisa membeli tanah itu dan membangun sebuah rumah sederhana yang kutinggali, menipuku dan menguasai tanah belakang rumahku dengan membuat skenario dengan perangkat desa jika tanah itu disertifikatkan atas namaku, maka desa minta beberapa meter memanjang untuk jalan desa dan aku dipaksa menandatangani agar di program prona SHM berubah menjadi namanya, memang hanya tanah seluas 42 m2 NJOP nya memang hanya 31 juta, tapi itu bukan hak nya. Lahan untuk garasi mobilku diambil separuh diminta dibuatkan gudang yang fungsinya tidak jelas. Mobilku dilarang ku gunakan sendiri, kemana mana harus bayar driver dengan alasan aku sakit mental, baru boleh menyetir mobil kalau aku sudah menikah. Mobil diminta ditaruh di rumah anak laki-lakinya dengan alasan agar bisa dipanasi setiap hari dengan digunakan anak laki-lakinya bekerja, dia yang membelikan bensin, aku yang membayar angsuran mobil dipotong gaji selama 10 tahun, aku yang diminta membayar pajak tahunan , pakaian ku semuanya dirusak oleh dia dan saudara-saudara nya, dipermak dikecilkan hingga tidak muat di badanku, agar bisa dipakai oleh cucu cucu dan keluarga nya, hijabku dicuri sangat banyak, barang-barang dirumahku dicuri, alat-alat elektronikku di rusak, yang jam tangan ku dirusak, dikecilkan, yang sepatu docmartku rantainya diputus dikecilkan, yang rambutku di tuning hitam padahal rambutku habis aku warna merah gelap agak pirang, mensabotase kulit ku dan wajahku dengan krim penggelap kulit, merusak skincare dan make up ku dengan  bahan kimia berbahaya hingga wajahku 3x melepuh, terbakar dan bernanah, yang aku diteror difitnah Open BO dengan menyebar nomerku di sosmed Facebook dengan foto orang lain, padahal mereka semua yang Open BO, mereka semua pelacur positif HIV AIDS,  yang aku dibuat sakit mental hingga harus meminum obat mental sampai aku obesitas dan fisikku rusak , yang penilaian kinerja ku dibuat buruk padahal aku sering peringkat kinerja terbaik se Kanwil, yang semua inovasiku tidak dihargai, yang akselerasi karirku dihambat karena aku tidak mau ditiduri atasan,  yang setiap bulan pembalut ku yang penuh darah menstruasi di lab kan di tes kehamilan dan tes HIV AIDS padahal di gedung ini mungkin hanya aku satu-satunya wanita yang masih mentruasi, tapi semua wanita pelacur ODHA NPD Psikopat di sini mengaku-ngaku datang bulan dan barengan, sungguh otaknya sudah bergeser, sungguh gila. 

Gaji Pensiunannya habis untuk membayar kuliah anak laki-lakinya dan mencarikan pekerjaan, dan selama hampir 9,5 tahun segala kebutuhannya aku yang menfkahi sampai aku tidak pernah bisa menikmati gajiku dari hasilku bekerja di masa mudaku. Segala Kebutuhannya aku yang memenuhi setidaknya sekitar 9,5 tahun. Padahal dia dan Almarhum Ayahku hanya membiayai aku sekolah sampai SMA. Kuliah dan bekerja semua tanpa biaya karena aku mencari beasiswa. Selama ini aku selalu menganggap dia baik, aku hanya berusaha selalu memaafkan semua kesalahannya. Tapi  ternyata dia dan keluarga besarnya serta orang-orang di lingkungan kerjaku ternyata bukan Manusia, mereka ternyata iblis. Sekalipun aku tidak pernah menjahati orang lain, mereka semua manusia-manusia berhati iblis yang otaknya rusak karena infeksi virus HIV AIDS dan mengalami gangguan jiwa NPD Psikopat yang setiap hari bertindak layaknya orang gila dan selalu menjahatiku setiap hari dan aku tetap diminta diam, menerima semua kejahatan mereka dan tidak boleh melawan. Mungkin aku satu-satunya orang yang paling keras menolak budaya Pelacuran di lingkungan kerja ku, aku paling keras menolak perselingkuhan dan aku yang paling keras menolak terinfeksi virus HIV AIDS. Setiap hariku aku menjalani kehidupan berdampingan dengan para ODHA dengan segala tingkah gila dan kriminalnya. Yang aku dijambret, tas ku setiap hari digeledah oleh para Pelacur sakit jiwa, yang aku difitnah, yang CCTV disembunyikan, yang barang-barang elektronikku di rusak, yang permen ku ditambah obat pemanis agar aku batuk, yang password aplikasi absenku pin nya diganti agar aku gagal absen pulang di akhir bulan, yang  air minumku ditambah obat pencahar dan obat bius, yang aku dicoba dibunuh berencana dengan merusak rem tangan kanan motorku hingga putus dengan tujuan agar aku kecelakaan motor dan meninggal di tempat,  yang air di Ac portable mejaku ditambah obat bius agar aku pingsan dan bisa diperkosa hingga dibunuh, yang sepeda motorku dirusak sudah tidak terhitung jumlahnya, yang jaketku dipermak, jaketku resletingnya dirusak. Yang aku dianggap gila (difitnah) padahal cuma aku satu-satunya yang masih waras di antara manusia-manusia ODHA yang sudah tidak waras ini. Aku tidak pernah sekalipun menjahati mereka karena aku tau bagaimana karakteristik ODHA yang otakmya rusak nya sudah parah karena infeksi virus HIV AIDS makanya aku lebih banyak diam dan jaga jarak, tapi nyatanya aku tetap tidak bisa selamat dari semua tindakan gila manusia-manusia positif HIV AIDS berotak rusak ini. Yang aku mau dimangsa atasan agar aku positif HIV AIDS. Sungguh mereka semua Zombie.

Aku hanya lelah, menjadi pelacur dan alat pemuas nafsu atasan sudah menjadi budaya lekat tak terpisahkan di sini, pergaulan bebas gonta ganti pasangan berkedok selingkuh, padahal yang mereka lakukan adalah tindakan menyebar virus HIV AIDS. Dan hanya aku yang berani melawan manusia-manusia tidak waras di sini. Aku tidak mau dijadikan pelacur, aku tidak mau berselingkuh dengan atasan ataupun rekan kerja dan aku menolak terinveksi virus HIV AIDS seperti mereka semua.. Aku selama ini tidak pernah mendiskriminasi ODHA , tapi sejak aku menerima perlakuan jahat dari para ODHA yang kutemui, aku sadar mereka tidak bisa dibaurkan dengan manusia yang otaknya tidak rusak karena mereka otaknya sudah rusak. Selama ini aku sangat bangga dengan pekerjaanku, aku sangat bangga memakai id card yang kukalungkan di leherku tiap hari, aku sangat bangga ketika orang bertanya aku bekerja di mana, hingga akhirnya aku kecewa...Hingga akhirnya aku benar-benar terluka oleh semuanya..

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

                                                                                                                  Jombang, 17 Juni 2025 Sura...